Senin 20 Apr 2020 19:05 WIB

China Bantah Tuduhan Australia tak Transparan Tangani Corona

China sebut mempertanyakan transparansi tunjukan kurangnya rasa hormat

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Marise Payne.
Foto: Irishtimes.com
Marise Payne.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China menolak pernyataan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne yang menyebutnya tak transparan dalam menangani pandemi Covid-19. Menurutnya komentar Payne sepenuhnya tanpa dasar faktual.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menilai mempertanyakan transparansi negaranya dalam menangani wabah Covid-19 menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap pengorbanan rakyatnya.

"China mengungkapkan keprihatinan yang mendalam dan tentangan tegas terhadap hal ini," ujarnya pada Senin (20/4).

Pada Ahad (19/4) lalu, Payne menyerukan penyelidikan internasional untuk mengungkap asal-usul virus corona baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 dan cara penyebarannya. Dia menilai China belum transparan dalam menginformasikan hal tersebut.

Payne menyebut kekhawatirannya tentang transparansi Cina berada pada titik yang sangat tinggi. “Masalah-masalah seputar virus korona adalah masalah untuk tinjauan independen, dan saya pikir penting bagi kita untuk melakukan itu. Faktanya Australia akan benar-benar bersikeras dalam hal itu,” kata Payne saat diwawancara stasiun televisi ABC.

Oleh sebab itu Payne menghendaki adanya penyelidikan internasional. “Kepercayaan saya pada Cina didasarkan pada jangka panjang. Kekhawatiran saya adalah tentang transparansi dan memastikan bahwa kami dapat terlibat secara terbuka,” ujarnya.

Seruan Australia untuk menyelidiki asal-usul virus korona terjadi saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus meningkatkan tekanan kepada Cina. Trump menuding Beijing kurang transparan dalam menginformasikan tentang wabah Covid-19.

“Pandemi ini harusnya bisa dihentikan di Cina sebelum bermula, tapi ini tak dihentikan. Kini seluruh dunia menderita akibat pandemi ini,” kata Trump kepada awak media di Gedung Putih pada Sabtu (18/4).

Dia menilai, Cina harus mendapat konsekuensi. “Jika itu kesalahan, itu memang kesalahan. Jika mereka sebenarnya tahu harus bertanggung jawab, mestinya ada konsekuensinya,” ujarnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement