Senin 13 Apr 2020 11:49 WIB

PSBB Berlaku, Transaksi di Marketplace Meningkat

Kondisi saat ini memberikan peluang konsumen mengatur ulang tujuan berbelanja.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Pendiri Tokopedia William Tanuwijaya menyampaikan pengalamannya pada acara Entrepreneurs Wanted! di Gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), Kota Bandung, beberapa waktu lalu. William menyatakan, di tengah PSBB, transaksi di toko online meningkat signifikan.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pendiri Tokopedia William Tanuwijaya menyampaikan pengalamannya pada acara Entrepreneurs Wanted! di Gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), Kota Bandung, beberapa waktu lalu. William menyatakan, di tengah PSBB, transaksi di toko online meningkat signifikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Founder Tokopedia William Tanuwijaya menyampaikan, dalam kondisi sekarang, terutama dengan diterapkannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), arus transaksi belanja di aplikasi daring marketplace meningkat cukup signifikan. Peningkatan ini terjadi karena pola belanja masyarakat yang berubah. 

William menyebutkan, pada tahun sebelumnya, sebanyak 97 persen transaksi belanja dilakukan luring. "Melihat situasi ini maka perlu ada transisi menuju pembayaran online secepat mungkin," kata William melalui rilis yang disampaikan Kementerian Perindustrian, akhir pekan lalu.

Baca Juga

William menuturkan, masyarakat saat ini cenderung menunda belanja daring untuk barang yang tidak begitu penting. Kondisi ini memberikan peluang konsumen untuk melakukan pengaturan ulang tujuan berbelanja (repurposing), termasuk membentuk permintaan di pasar domestik maupun global. 

Pasar Indonesia, kata William, masih sangat menjanjikan. Kondisi saat ini sebenarnya merupakan peluang substitusi impor. "Sembari menunggu impor, ternyata industri lokal bisa memenuhi itu," ujar dia.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menyatakan, dengan penurunan pendapatan akibat wabah Covid-19, pelaku IKM makanan diharapkan menjadi salah satu penerima bantuan dari pemerintah. Gati menjelaskan, IKM makanan mengalami penurunan omzet hingga 50 persen. Bahkan, terdapat IKM yang penjualannya menurun hingga 90 persen. 

Pada akhirnya, mereka menjual secara obral stok yang ada. "Tujuannya agar tidak menumpuk di gudang sekaligus supaya mendapat pemasukan," kata Gati melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Senin (13/4).

Karena itu, IKM masih terus menjalankan penjualan secara daring agar tetap mendapatkan pemasukan. Mereka berharap akses pengiriman barang tetap bisa berjalan meski PSBB diberlakukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement