Jumat 10 Apr 2020 20:58 WIB

Siapa Perintis Tanda Baca dalam Alquran?

Ad-Dani menjelaskan sosok perintis tanda baca Alquran.

Rep: Nashih Nashrullah / Red: Hasanul Rizqa
Siapa Perintis Tanda Baca dalam Alquran? (Ilustrasi). FOTO: Pengrajin mengecek Alquran Musnaf Betawi yang sudah jadi di tempat produksinya kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Rabu (28/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Siapa Perintis Tanda Baca dalam Alquran? (Ilustrasi). FOTO: Pengrajin mengecek Alquran Musnaf Betawi yang sudah jadi di tempat produksinya kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Rabu (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara para ulama yang mengkaji ilmu tentang penulisan (rasm) mushaf Alquran adalah Abu al-Aswad ad-Duali (69 H). Untuk diketahui, dialah yang pertama kali menuliskan titik dan merumuskan harakat dalam penulisan ayat-ayat suci Alquran.

Fakta ini diungkapkan dalam kitab Al-Muhkam fi Naqth al-Mashahif karangan Abu Amar Utsman bin Sa'id ad-Dani (444 H).

Baca Juga

Ad-Dani memulai penjelasannya tentang cikal-bakal munculnya tanda baca dalam Alquran. Itu merujuk pada riwayat dari Yahya bin ibnu Abu Katsir. Secara umum, riwayat itu menyebutkan, pada awalnya Alquran tidak memiliki tanda baca sama sekali, baik berupa titik maupun harakat (syakl).

Titik pertama kali digunakan untuk membedakan antara huruf Ya' dan Ba'. Ini dipandang tidak menjadi masalah. Sebab, tujuannya hanya memperjelas perbedaan antara kedua huruf tersebut. Upaya selanjutnya, memberikan titik pada tiap pengujung ayat Alquran. Sampai di sini pun belum tampak kontroversi.

Sejarah tanda baca Alquran

Lantas, siapakah yang mengawali membubuhkan tanda baca huruf-huruf Alquran itu? Menurut Ad-Dani--menukil riwayat dari Qatadah--para sahabat Nabi SAW dan tabiin awal adalah yang pertama-tama mengawali penggunaan titik pada huruf-huruf Alquran.

Mayoritas bersepakat, tanda titiklah yang ditulis pertama kali, bukan syakl (harakat). Dalam analisis Ad-Dani, penulisan titik lebih diprioritaskan daripada harakat. Ini menunjukkan fleksibilitas bacaan dan bahasa yang memang secara syariat telah diperkenankan untuk digunakan.

Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, dialek bahasa yang ada terus berkembang. Ada beberapa dampak negatif. Maka dari itu, mulai terasa kebutuhan untuk meletakkan tanda baca, baik yang berupa titik maupun harakat.

Ad-Dani menjelaskan, faktor utama yang mendorong para salaf menulis tanda baca Alquran adalah tingkat kerusakan dialek masyarakat Arab pada masa itu. Sebab, orang-orang Arab mulai marak bersinggungan dengan varian dialek yang cenderung merusak.

Apabila gejala ini tak segera disikapi, dikhawatirkan akan mereduksi makna-makna yang terkandung dalam Alquran.

Peran ad-Duali

Penting diketahui, penulisan tanda baca titik yang dilakukan generasi sahabat Nabi SAW masih sangat sederhana.

Bentuk yang lebih sistematis diperkenalkan oleh Abu al-Aswad ad-Duali.

Ya, ad-Dani menduga kuat, sosok Abu al-Aswad ad-Duali sebagai yang pertama kali menuliskan titik dan merumuskan harakat serta tanwin di ujung kalimat Alquran. Dugaannya cukup berdasar. Sebab,  merujuk pada riwayat yang dinukil dari Al-Utbi, Ziyad suatu kali meminta Abu al-Aswad ad-Duali untuk meletakkan tanda baca pada Alquran.

Awalnya, Ad-Duali menolak tawaran tersebut. Tetapi, ketika mendengar adanya lahn atau penyimpangan dialek dan pembacaan Alquran, Ad-Duali pun menerima tawaran tersebut. Apalagi, setelah ia mendengarkan seseorang yang telah sengaja membaca ayat ketiga dari surah at-Taubah.

Bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kata 'wa rasuluh' oleh oknum tersebut dibaca dengan harakat kasrah menjadi 'wa rosulih'.

Bacaan itu cukup membuat tersentak Ad-Duali dan tak bisa menerimanya. Jika dibaca kasrah, berarti ayat itu berarti "Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan Rasul-Nya."

Karenanya, Ad-Dauli pun menerima permintaan Ziyad untuk meletakkan tanda baca. Adapun sosok-sosok lainnya--Yahya bin Ya'mur al-'Adwani dan Nashr bin 'Ashim al-Laitsi--berperan dalam menyebarkan dan mengenalkan tanda baca titik di wilayah Bashrah, Irak. Seabad kemudian, Al-Khalil bin Ahmad menyempurnakannya dengan meletakkan tanda baca seperti hamzah dan tasydid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement