Jumat 03 Apr 2020 23:57 WIB

Alasan di Balik Penamaan Kota Madinah dari Semula Yatsrib

Rasulullah mengganti kota Yatsrib menjadi Madinah.

Rasulullah mengganti kota Yatsrib menjadi Madinah. Ilustrasi Masjid Nabawi di Kota Madinah.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Rasulullah mengganti kota Yatsrib menjadi Madinah. Ilustrasi Masjid Nabawi di Kota Madinah.

REPUBLIKA.CO.ID, Aspek kesejarahan Kota Madinah memang sangat menarik diperbincangkan. Tetapi, yang lebih menarik perhatian banyak kalangan, terutama pemerhati politik, adalah perubahan nama dari Yatsrib ke al-Madinah al-Munawwarah. 

Almarhum Nurcholish Madjid (Cak Nur) pernah menelaah masalah ini. Dalam artikelnya yang berjudul Islam dan Politik; Suatu Tinjauan atas Prinsip-Prinsip Hukum dan Keadilan, Cak Nur menuturkan, kebijakan Nabi SAW mengubah nama kota itu bukan perkara kebetulan. Di baliknya terkandung makna yang luas dan mendalam, yang mengubah model dan cara hidup masyarakat di Jazirah Arab. 

Baca Juga

Secara kebahasaan, kata "madinah" berarti kota. Kata ini punya akar kata yang sama dengan kata din yang berarti agama. Kedua kata itu berasal dari tiga huruf yaitu "d-y-n" (dal-ya'-nun), yang bermakna dasar "patuh".

Dengan demikian, menurut Cak Nur, kedua kata mengajarkan sikap tunduk-patuh kepada Sang Maha Pencipta. Kepatuhan penuh pasrah kepada Yang Mahapencipta, dalam bahasa Arab disebut Islam, yang memiliki makna damai dan keselamatan.

 

Perkataan "madinah" yang digunakan Nabi SAW untuk mengganti nama Yatsrib, jelas Cak Nur, menyiratkan semacam proklamasi atau deklarasi, bahwa di tempat baru itu hendak diwujudkan suatu masyarakat yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Secara sosial dan politik, sangat teratur atau berperaturan, sebagaimana mestinya sebuah masyarakat ideal.

"Maka, madinah adalah pola kehidupan sosial yang sopan, yang ditegakkan atas dasar kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh kepada peraturan atau hukum. Sistem yang dibangun merujuk kepada pola kehidupan teratur dalam lingkungan masyarakat yang disebut kota,'' jelasnya.

Dalam konteks jazirah Arab, lanjutnya, konsep peradaban itu terkait erat dengan pola kehidupan menetap (berbudaya) di suatu tempat sehingga suatu pola hidup bermasyarakat akan hadir (hadlarah/beradab) di tempat itu. Karena, mereka hidup menetap dan teratur, maka kemudian melahirkan peradaban. Dan peradaban di Madinah adalah peradaban Islam. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement