Jumat 03 Apr 2020 09:08 WIB

Tak Cuma di Indonesia, Perawat Kanada Dijauhi karena Corona

Perawat Kanada jadi tunawisma karena tak bisa menyewa rumah.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Tak Cuma di Indonesia, Perawat Kanada Dijauhi karena Corona.
Foto: wikipedia.org
Tak Cuma di Indonesia, Perawat Kanada Dijauhi karena Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Seorang perawat bernama Kathrine Slinski yang berada di Ibu Kota Ottawa, Kanada mengatakan pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) berpotensi menyebabkan banyak orang menjadi tunawisma. Ia mengaku menjadi salah satunya, karena saat ini tidak bisa menyewa kembali sebuah rumah yang telah disewa karena pekerjaannya.

Slinski mengatakan baru saja berencana pindah ke sebuah rumah dan menandatangani perjanjian, sekaligus melakukan pembayaran untuk bulan pertama. Menurutnya, pemilik rumah membatalkan kesepakatan karena khawatir ia yang berprofesi sebagai perawat dapat menularkan virus corona jenis baru.

Baca Juga

“Dia (pemilik rumah) khawatir saya akan mengekspos dia terhadap Covid-19 dan karena dia menganggap dirinya sebagai orang yang berisiko tinggi, dia tak bisa menyewakan propertinya kepada saya,” ujar Slinski dilansir CBC, Kamis (2/4).

Slinski mengaku telah berbicara kepada pemilik rumah mengenai semua tindakan pencegahan yang selalu dilakukannya. Mulai dari mencuci tangan dengan seksama, melepas pakaian kerjanya, dan memastikan pakaian itu dicuci dengan benar.

“Saya benar-benar bisa memahami sudut pandangnya dan setuju dengan keprihatinannya. Tetapi, saya kesal karena dia memilih hari di mana seharusnya saya mulai menyewa rumahnya, membayar semuanya,” ujar Slinski.

Slinski mengatakan saat ini tidak memiliki tempat untuk pulang. Profesi yang dimilikinya sebagai perawat juga telah membuatnya sulit mencari rumah atau tempat tinggal lainnya saat ini.

Slinski mengatakan selalu terbuka mengenai pekerjaannya saat mencoba menyewa rumah kepada pemilik. Beberapa langsung mengatakan mereka tidak mau mengambil risiko, demikian dengan orang-orang di sekitar lokasi yang merasa tidak nyaman tinggal di lingkungan yang sama dengan seorang tenaga medis.

“Saya mengerti mereka prihatin dan aku juga. Tetapi sebagai manusia yang melayani masyarakat dan komunitas, serta menempatkan banyak kehidupan di dalamnya, saya benar-benar sedih dan kesal bahwa saya tidak punya tempat untuk tinggal dan tidak ada yang membantu saya,” kata Slinski.

Sementara, pemilik rumah yang membatalkan perjanjian sewa dengan Slinski mengatakan dirinya menderita emfisema dan masih minum obat setelah pengobatan kanker. Ia juga mengaku tak akan menyewakan rumah tersebut kepada orang lain karena tidak bisa mengambil risiko.

“Saya lebih suka kekurangan uang. Saya hanya berusaha mengambil keputusan meski tak adil baginya,” ujar pemilik rumah yang enggan disebutkan namanya kepada CBC.

Kisah Slinski mengingatkan kembali tentang bagaimana tenaga medis diperlakukan selama epidemi SARS (sindrom pernapasan akut parah) terjadi pada 2002 hingga 2003. Saat itu, banyak dari mereka yang bekerja di bidang perawatan kesehatan, salah satunya di Toronto yang kerap dijauhi oleh teman-teman, bahkan anggota keluarga karena takut tertular penyakit tersebut.

Di seluruh dunia, banyak petugas kesehatan jatuh sakit dengan akibat merawat pasien Covid-19. Tetapi, masyarakat dinilai harus mempercayai perawat dan banyak orang lainnya untuk mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyebaran virus corona jenis baru ini.

Pengacara Daniel Tucker-Simmons dari Avant Law di Ottawa mengatakan kasus yang dialami Slinski sudah seharusnya dinegosiasikan lebih lanjut. Ia juga menyarankan diperlukan penilaian risiko yang didasarkan pada saran ahli medis, bukan hanya pendapat pemilik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement