Selasa 17 Mar 2020 17:16 WIB

Jaga Jarak Sosial, Bioskop Diminta Batasi Jumlah Penonton

Demi mejaga jarak sosial, bioskop diminta untuk membatasi jumlah penonton.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Menonton film di bioskop. Demi mejaga jarak sosial, bioskop diminta untuk membatasi jumlah penonton.
Foto: Sinar Mas Land
Menonton film di bioskop. Demi mejaga jarak sosial, bioskop diminta untuk membatasi jumlah penonton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Instruksi pemerintah untuk melakukan social distancing atau menjaga jarak sosial dengan orang lain guna menekan penyebaran Covid-19 belum direalisasikan oleh semua pihak, termasuk jejaring bioskop di Indonesia. Pasalnya, saat ini masih ada jejaring bioskop Indonesia yang belum membatasi jumlah penonton atau mengatur skema jarak duduk di ruang teater.

Menyikapi hal itu, pengamat film Hikmat Darmawan meminta agar jejaring bioskop Indonesia berani ambil risiko dan lebih peduli pada kesehatan bersama. Dia menyatakan, skema pembatasan penonton dan penerapan jarak duduk penting dilakukan selama masa darurat ini.

Baca Juga

Menurut Hikmat, dalam kondisi pandemi virus corona, pengelola bioskop tidak cukup hanya melakukan pemindaian suhu tubuh, menyediakan hand sanitizer, ataupun pengasapan antivirus sebagai bentuk antisipasi penyebaran dan penularan virus penyebab penyakit Covid-19.

"Tidak cukuplah itu semua, apalagi jika hanya pindai suhu menurut WHO enggak efektif mengenali virus," kata Hikmat saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (17/3).

 

Hikmat mengungkapkan, skema pembatasan penonton dan penerapan jarak duduk jauh lebih perlu dilakukan. Dengan begitu, social distancing terjaga.

"Kalau sudah sampai lockdown, kan malah ditutup bioskopnya toh,” katanya.

Hikmat pun mendorong, agar pengelola bioskop berinisiatif membatasi jumlah penonton dan mengatur skema jarak duduk, tanpa harus menunggu petunjuk pelaksanaan dari pemerintah. Bioskop, menurut dia, bisa mengacu pada jarak fisik aman, yaitu sekitar 1,5 meter atau 2 meter antarpenonton. Contohnya, dengan mengosongkan satu kursi antara satu penonton dengan penonton lainnya.

“Pengaturan pilihan kursi juga jangan diserahkan sepenuhnya pada calon penonton,” ujar Hikmat.

Di lain sisi, Hikmat memahami bahwa langkah ini tidak akan menguntungkan jejaring bioskop dari segi bisnis. Namun, menurut Hikmat, jejaring bioskop yang berani menerapkan aturan tersebut akan sangat diapresiasi oleh masyarakat.

“Pasti mengurangi pendapatan tiket. Tapi, mari berpikir seperti ini, perusahaan bioskop yang menerapkannya akan dipandang sebagai perusahaan yang peduli pada kesehatan konsumennya. Itu langkah kehumasan yang bagus,” ungkap Hikmat.

Dua perusahaan jaringan bioskop asal Amerika Serikat, Regal Entertainment Group dan AMC Entertainment Holdings, diketahui memotong kapasitas penonton dalam waralaba bioskopnya. Upaya itu dilakukan untuk menghambat penyebaran virus corona di AS.

Dilansir USA Today, Sabtu (14/3) waralaba bioskop itu menyatakan pada Jumat lalu bahwa pemangkasan kapasitas penonton di setiap bioskop mencapai 50 persen atau lebih. Bahkan, AMC menegaskan, di bioskop manapun, pengunjung dibatasi 250 orang. Dengan begitu, penonton bisa mengambil jarak duduk dari penonton lain di sebelahnya.

"AMC juga secara aktif mematuhi arahan semua otoritas lokal tentang pertemuan sosial dan semakin mengurangi ketersediaan tiket untuk mematuhi setiap perintah pemerintah federal, negara bagian atau lokal saat ini atau di masa depan," kata perusahaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement