Jumat 28 May 2010 06:58 WIB

Pendidikan Wirausaha tak Bisa Instan

Rep: Anissa Mutia/ Red: Endro Yuwanto
Wirausaha/ilustrasi
Wirausaha/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kebijakan pendidikan wirausaha di jenjang pendidikan tinggi untuk mencetak lulusannya menjadi seorang wirausaha tampaknya belum dapat membuahkan hasil yang maksimal. Pasalnya, pendidikan wirausaha seharusnya diberikan sejak dini di jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk membentuk pola pikir dan karakter berwirausaha.

Padahal, wirausaha itu sangat penting. Menurut Global Entrepreunership Monitor, sepertiga pertumbuhan ekonomi dihasilkan melalui kegiatan wirausaha. Di Amerika Serikat (AS), setiap tahun penduduknya menciptakan 600 sampai 800 ribu usaha baru dengan pegawai tetap dan kira-kira 2 juta penduduk melalui usaha sendiri (self-employment ventures).

Anggota tim Studi Cepat Pendidikan Kewirausahaan Pada Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Dwi Larso, mengatakan, di Indonesia, orientasi lulusan sekolah menengah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sampai sekolah menengah atas (SMA), dan kejuruan (SMK) masih untuk mencari kerja bukan sebagai wirausaha. Dwi menilai, pendidikan wirausaha seharusnya diberikan sejak dini untuk menamkan pola pikir untuk berwirausha.

Pasalnya, Dwi mengungkapkan, dari sepuluh bisnis para ahli wirausaha, biasanya hanya empat yang berhasil, dua biasa-biasa saja, dan sisanya gagal. Lalu bagaimana dengan para mahasiswa yang hanya diberikan pendidikan wirausaha selama tiga tahun?

''Pola pikir dan keberanian berwirausahanya saja belum tertanam dengan baik. Jadi yang perlu dipersiapkan adalah sumberdaya manusianya karena sumber dana bisa didapat. Wirausaha itu yang terpenting adalah proses kreatif ciptakan peluang, namun harus benar-benar direalisasikan. Tanpa ada realisasi tidak ada nilai tambah,'' papar Dwi dalam Seminar Cepat Pendidikan Kewirausahaan pada Pendidikan Dasar dan Menengah, di Hotel Century, Jakarta, Kamis (27/5).

Selain itu, kata Dwi, pendidikan wirausaha harus diubah pola pikirnya, pengembangan keterampilan, dan pembekalan pengetahuan. Pendidikan wirausaha tidak melulu harus berkaitan dengan bisnis. Akan tetapi wirausaha juga berkaitan dengan bidang sosial. ''Bagaimana bisa pendidikan wirausaha hanya diajarkan selama tiga tahun di perguruan tinggi. Wirausaha itu pola pikirnya harus dibentuk dengan jangka panjang. Kalau mau kembangkan bisnis harus kembangkan karakter dalam berwirausha itu dulu,'' tegasnya.

Metode pembelajaran pendidikan kewirausahaan, sambung Dwi, perlu dilaksanakan melalui mata ajar sendiri yang diberikan dalam bentuk muatan lokal. ''Aspek positifnya jika diterapkan dalam pendidikan kewirausahaan sendiri menjadi jelas siapa yang bertanggung jawab. Aspek negatifnya guru lain tidak merasa bertanggung jawab menanamkan jiwa wirausaha. Oleh karenanya, perlu koordinasi di tingkat sekolah,'' tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement